286. Kisah kakek bersama cucu dan keledai
Kisah kakek bersama cucu dan keledai
Muara Teweh | Pa-muarateweh.go.id
Bertempat di Lobby Utama Pengadilan Agama Muara Teweh pada Hari Senin, Tanggal 13 juni 2022, 14 Dzulkaidah 1443 H, apel pagi dimulai pada pukul 08.00 WIB. Apel tersebut diikuti oleh Hakim, Pejabat Fungsional dan Pejabat Struktural, seluruh staff Aparatur Sipil Negara, 4 CPNS 3 diantaranya CPNS baru dan satu CPNS senior serta PPNPN Pengadilan Agama Muara Teweh. Dalam kesempatan yang berbahagia ini Bapak Abdurahman Sidik, S.H.I. selaku pembina apel menyampaikan amanat kembali, setelah minggu kemarin pun sama menjadi Pembina apel, dalam apel ini beliau menyampaikan sebuah kisah yang sangat menarik dan tentunya ada hikmah dibalik kisah tersebut, beliau mengisahkan seorang kakek yang memberi tahu makna kehidupan dengan membawa mereka jalan-jalan bersama keledainya.
Kakek menasehati kedua cucunya : “Tidak ada yang baik dimata orang lain. Kebanyakan orang hanya melihat sisi buruk dari orang lain”
Cucu : saya belum mengerti kek?
Kakek : tuntun keledaimu, kita berjalan menuju kampung itu
Kemudian ada orang melihat mereka dan tertawa, kalian berjalan membawa keledai? Mengapa tak menungganginya? Kalian benar benar bodoh
Kakek : kalian dengar? Sekarang kakek akan naik keledai dan kalian tetap berjalan
Maka kakek tua itu naik kepunggung keledai, dan kedua cucunya berjalan mengikuti dibelakangnya. Tak berapa jauh mereka berjumpa lagi dengan seorang penduduk kampung. Begitu melihat kakek tua itu menunggang keledai ia berseru kepadanya, “ hey orang tua, tidak kasihan kamu dengan cucumu? Kamu menunggang keledai dan membiarkan cucumu berjalan kaki dibelakangmu”
Kakek berbisik pada cucunya : “kalian dengar lagi? “sekarang kalian saja yang naik keledainya, biar kakek yang jalan kaki sambil menuntun.”
Kakek tua itu segera melompat turun dari punggung si keledai lalu kedua cucunya naik, kmeudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang wanita sedang bekerja diladang dan berteriak: oi oi, dasar kamu anak anak kurang ajar, kalian menunggangi keledai dengan enaknya sedang orang tua ini berjalan kaki.”
Kakek : sekarang kita bertiga naik keledai, segera mereka bertiga menunggangi keledai itu dan bertemu seorang pejalan kaki , dan dia berkata duh sudah gila kalian semua, parah sekali kalian keledai kecil kurus ini kalian tunggangi bertiga? Dimana hati nurani kalian? Ini namanya termasuk animal abuse, keledai kalian bisa mati karena kecapaian.
Kakek: sekarang bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu
Dan dalam perjalan mereka bertiga basah kuyup oleh keringat, dan kepayahan, sekelompok ibu ibu yang sedang bergosip melihat bagaimana kedua cucu dan kakek itu membawa keledai tersebut, mereka semua tertawa terbahak-bahak, hahahaha liat ibu ibu ada sekelompok orang aneh sedang kepayahan, kayapa mereka ni, ada tiga manusia dan keledai, tapi tidak si keledai tak ditungganginya, malah keledainya yang menunggangi meraka., hahahahaha
Kakek: kamu mengerti kan sekarang cucu-cucuku?
Dari sini kita dapat ambil hikmahnya, kita sebagai manusia jangan jadikan pandangan mata ini seperti lalat, lalat itu meski ditaman bunga namun ia hanya mecari sesuatu yang busuk serta buruk yakni bila kita artikan pandangan kita ini hanya melihat keburukan dan kesalahan orang lain saja, jadikanlah pandangan ini seperti lebah, lebah itu meski dalam tumpukan sampah namun hanya mencari kewangian dan keindahan yakni apabila diartikan, pandanglah sesuatu itu dengan memandang/ melihat segala yang baik dan benarnya. ( El Matadore )