header pta Baru

193. Kultum Ramadhan Ke 3 : Bersabar

Written by Memen A. Husni, SE on . Posted in Muara Teweh

Written by Memen A. Husni, SE on . Hits: 267Posted in Muara Teweh

Kultum Ramadhan Ke 3 : Bersabar

Muara Teweh | Pa-muarateweh.go.id

 Salah satu Kegiatan Ta’lim Ramadhan bertempat di Mushola Pengadilan Agama Muara Teweh lantai II Kultum yang disampaikan oleh Bapak Abdurahman Sidik, S.H.I.

Salah satu tujuan puasa adalah memupuk kesabaran. Perut yang agak lapar dan tenaga yang menipis kadang membuat kita sedikit emosional. Dalam kondisi seperti itu, kita dilatih untuk tidak gampang marah.

Sabar adalah ajaran yang sudah sangat tua. Tema pokok kisah para Nabi dan Rasul pada umumnya mengajarkan tentang kesabaran. Terutama dalam berdakwah. Dan di dalam Islam, sabar adalah konsep yang sangat mendasar. Itu mengapa sejak kecil, kita sudah diajarkan tentang ini di sekolah dasar.

Mengapa sabar perlu dilatih terus menerus? Karena pelajaran sabar tidak seperti buku yang bisa dibaca sekali habis untuk mengerti isinya. Namun, sabar lebih kepada proses yang terus-menerus.

Tapi, apa itu sabar? sabar adalah menetapkan diri dalam jalan ketaatan kepada Allah. Menjalankan apa yang diperintah dan menjauhi segala apa yang dilarang. Serta meredam rasa marah terhadap segala sesuatu. Secara teori mudah diucapkan. Namun, tidak gampang menjalankannya.

Sangat mudah menghafal pengertian seperti itu. Bahkan mungkin sudah sejak kecil kita hafal dan mengerti. Namun, kadang huru-hara kehidupan membuat kita sedikit lalai untuk bersabar. Kita lepas kontrol.

Kadang muncul kemarahan karena apa yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Kita menggerutu. Meski tidak kita tampakkan. Maka, di situ sikap sabar menjadi penting. Dan itu berlaku dalam berbagai hal :

Dalam menjalankan ketaatan pada Allah, kita perlu sabar. Apa yang diperintahkan, kita jalankan dengan baik dan senang hati. Apa yang menjadi kewajiban, kita jalankan sebaik mungkin.

Kadang, kehidupan membuat kita hampir lalai. Hampir terjerumus pada apa yang dilarang oleh Allah. Meski itu hal kecil. Seperti mengumpat misalnya. Kita tidak mampu menahan diri dari mengumpat. Dari membicarakan kesalahan orang lain.

Meski kita menganggap itu hal sepele, namun tidak akan luput dari catatan Allah. Di situ, ternyata memupuk sikap sabar masih diperlukan. Dan kita harus belajar terus-menerus untuk bersabar.

Dalam menjalani hidup. Sabar sangat diperlukan. Kita harus terus-menerus belajar menerima takdir. Apa yang terjadi pada kita, itulah takdir. Tentu setelah kita upayakan sebaik mugkin. Dan kita harus menerima takdir itu dengan lapang dada. Di situ sikap sabar diperlukan.

Dalam Alquran disebutkan bahwa, “Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ketika ditimpa musibah mereka mengucapkan: Sesungguhnya kita semua ini milik Allah, dan kepada-Nya kita kembali.” (Q.S. Al-Baqarah: 155-156)

Dari ayat tersebut, kita paham, bahwa kesabaran adalah kesadaran bahwa segala sesuatu milik Allah, dan segalanya akan kembali kepada Allah. Sebagai pemilik, ketika Allah ingin mengambil, maka kita harus merelakan. Meski itu berat.

Potongan ayat tersebut sering kita ucapkan ketika musibah datang. Misalnya, ketika seseorang meninggal, kita mengucapkan itu. Mengapa? Karena Allah telah mengambil kembali satu saudara kita. Dan kita harus lapang dada menerima itu sebagai takdir.

Di dalam menuntut pengetahuan, sabar juga sangat penting. Bahkan, itu disebutkan dalam salah satu bait syair yang kita hafal sejak kecil. Bahwa sabar adalah syarat penting dalam menuntut ilmu.

Namun, keramaian kehidupan ini, kadang membuat kita sedikit lupa. Bahwa menuntut ilmu butuh kesabaran. Atau jika tidak, hasilnya tidak akan baik. Ilmu yang kita pelajari tidak mendalam.

Bahkan mengerjakan hal-hal seperti membuat putusan atau BAS misalnya, sikap sabar sangat diperlukan. Perlu ketelitian yang dalam supaya hasilnya baik. Kita tidak bisa mengerjakan dengan asal. Atau hasilnya akan buruk.

Sabar menghasilkan sikap yang lebih tenang. Tidak reaktif. Berpikir mendalam sebelum bertindak. Berhati-hati. Tidak sembrono. Tidak sembarangan dalam bertindak.

Sikap seperti itu akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Dari pada ketika kita bertindak serampangan. Yang artinya, kita belum menerapkan nilai penting dari sabar dalam mengerjakan hal tersebut. Itu contoh sabar dalam melakukan pekerjaan teknis.

Contoh lain, Membaca juga bukan pekerjaan sembarangan. Membaca lima atau enam buku itu ringan. Tapi membaca banyak buku bukan pekerjaan gampang. Perlu kemauan keras dan ketelitian dalam membaca buku. Untuk menemukan pelajaran-pelajaran penting dari buku itu. Itu kata lain dari kesabaran.

Begitu juga, untuk menulis satu laporan akademik. Selain banyak membaca studi-studi terdahulu yang relevan, kita perlu mencari jawaban atas pertanyaan yang kita ajukan.

Dan untuk itu, kita harus menggali data-data yang relevan. Lalu melakukan analisa dengan metode yang benar untuk mendapat kesimpulan yang baik. Itu semua perlu kesabaran. Dan tentu juga perlu kejujuran dalam prosesnya.

Kita bisa saja tidak sabar dalam menulis laporan akademik. Yang penting cepat selesai. Namun dikerjakan secara serampangan. Tanpa memperhatikan kode etik penulisan. Maka hasilnya tidak akan baik.

Sikap jujur dalam menulis laporan akademik adalah salah satu bentuk dari kesabaran dalam menuntut ilmu. Menghindari manipulasi data, kerancuan analisa dan simpulan yang salah. Kurang jujur artinya tidak sabar. Ini contoh sederhana.

Kesabaran itu membuat kita memiliki mental yang kokoh. Punya pendirian. Tidak mudah goyah. Seperti pohon yang mengakar kuat ke dalam tanah. Tidak mudah tumbang karena angin.

Sejak kecil, kita sudah diberitahu kisah-kisah tentang kesabaran Para Nabi dan Rosul. Mereka begitu sabar, tabah, kuat, tangguh, tidak mudah putus asa, punya tekat yang kuat.

Namun, huru-hara kehidupan ini, kadang membuat kisah-kisah itu kurang berarti lagi. Karena itu, kita perlu merenungi kembali kisah-kisah kesabaran mereka. Dan mengambil hikmah dari kisah-kisah teladan itu.

Kita perlu menggali kembali kearifan dari kisah-kisah mereka. Untuk kemudian menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan kita. Baik terkait dengan hubungan dengan Allah. Maupun pada sesama manusia.

Kita perlu sadar. Bahwa kehidupan ini adalah arena bagi kita semua. Sebuah arena pertandingan untuk melihat sejauh mana kesabaran kita. Kita sedang menjalani ujian, untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.

Ramadan salah satunya adalah sarana untuk melatih diri agar memiliki jiwa yang penyabar. Karena itu, kita perlu jalani pelajaran itu setiap detailnya. Dan nanti, setelah Ramadan beranjak, kita berharap menjadi seperti dilahirkan kembali dengan jiwa yang baru. Yaitu jiwa yang senantiasa mampu bersabar.

Bukit batu dalamnya berongga, tampak indah dipandang mata.

Semoga kita masuk surga disebabkan sabar waktu didunia.

(wwn)

Hubungi Kami

Kantor Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya

Jl. Cilik Riwut Km. 4.5 (73112) Palangka Raya 73112 Telp (0536) 3222837 Fax (0536) 3231746

Tautan ke Situs Sosial Media