header pta Baru

Hakim Pengadilan Agama Kuala Kurun Mengisi Khutbah Jumat

Written by ILHAM NINO GARDIOLA on . Posted in Kuala Kurun

Written by ILHAM NINO GARDIOLA on . Hits: 666Posted in Kuala Kurun

Hakim Pengadilan Agama Kuala Kurun Mengisi Khutbah Jumat

D:\PA Kuala Kurun\BERITA\WhatsApp-Image-2018-11-09-at-12.43.38-500x375.jpeg

Kuala Kurun│pa-kualakurun.go.id

Jumat (16/04/2021), Hakim Penata Muda Pengadilan Agama Kuala Kurun Kelas II, Mohammad Imaduddin, S.Sy, M.H., menyampaikan khutbah perdananya pada bulan Ramadan 1442 H di Masjid Nurul Yaqin Jalan Sangkurun, Kelurahan Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas. Khutbah beliau berkenaan dengan pentingnya menggali makna pada setiap amalan dan ibadah di bulan Ramadan seperti tilawah Qur'an, qiyamullail, dst.

Berikut antara lain isi khutbah beliau:

Membahas Ramadhan maka tak bisa lepas dari membahas salah satu rukun Islam, yaitu puasa, yang diwajibkan pada seluruh orang beriman yang telah memenuhi syarat wajibnya. Puasa merupakan ibadah yang sangat mulia sebab pahala yang diperoleh langsung diberikan oleh Allah tanpa perlu ditanyakan jumlah lipat-gandanya. Allah berfirman dalam hadits qudsi, “Setiap kebaikan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan dari sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, sebab puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya kepada orang-orang yang telah menahan syahwat, makan, dan minum karena-Ku. Puasa adalah perisai. Ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa: bahagia ketika berbuka dan bahagia ketika berjumpa dengan Rabb-nya pada hari kiamat” (Syekh Nashr ibn Muhammad as-Samarqandi, Tanbihu-l Ghafilin fi Ahaditsi Sayyidi-l Anbiyai wal Mursalin, h. 185). Dalam lain waktu, Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan keutamaan puasa Ramadhan.

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ 

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dalam keadaan iman dan ihtisab, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, Khashaisu Ummati-l Muhammadiyyah, Hai’atu-sh Shofwati-l Malikiyyah, h. 192) Berkaca pada hadits tersebut, agar kita bisa memperoleh keutamaan-keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada dua syarat yang harus dilakukan:   Puasa dalam keadaan iman. Iman yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah.   Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain. Oleh karena itu, seyogianya kita dalam menjalani puasa Ramadhan mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong, ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat, menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama. Jika kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ,

صِيَامِهِ اِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ  كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ

Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus" (Imam al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam)

“Bravo PA Kuala Kurun!” (MI – TI)

Hubungi Kami

Kantor Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya

Jl. Cilik Riwut Km. 4.5 (73112) Palangka Raya 73112 Telp (0536) 3222837 Fax (0536) 3231746

Tautan ke Situs Sosial Media