Demi Melaksanakan Kegiatan PTSP Luar Gedung, Pegawai PA Buntok Menyusuri Sungai Barito Selama 3 Jam

Buntok | 12 Mei 2022. Menindaklanjuti kerjasama dengan Disdukcapil Kabupaten Barito Selatan dan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat para pencari keadilan, Pengadilan Agama Buntok menyelenggarakan Kegiatan PTSP Luar Gedung di Desa Damparan, Kecamatan Karau Kuala, Kabupaten Barito Selatan. Kegiatan PTSP perihal Perkara Itsbat Nikah ini akan diadakan pada hari Kamis, 12 Mei 2022. Kali ini tim dari Pengadilan Agama Buntok terdiri dari 6 pegawai yang mengikuti kegiatan ini yaitu Abdulloh Mubarok Al Ahmady, S.H.I., M.E. (Hakim), Abu Mansur, S.H. (Panitera), Tina Rofiqoh, S.H. (Panmud Permohonan), Yulianto, S.Kom (Prakom), M. Sumarna, S.Pd.I dan Fuad Syaikhani, S.H.I. (PPNPN).
Rombongan berangkat dari kantor pukul 07.00 WIB melalui jalur darat telebih dahulu selama kurang lebih 1 jam sebelum melanjutkan perjalanan dengan menggunakan perahu menyusuri pesisir sungai Barito. Kondisi hujan deras pagi ini tidak menghalangi semangat pegawai Pengadilan Agama Buntok untuk tetap menuju lokasi Desa Damparan. Dengan menggunakan terpal untuk berlindung dari hujan, perahu melaju menyusuri pesisir sungai Barito selama 3 jam. Menjelang pukul 11.30 WIB, rombongan sampai di desa Damparan, Kecamatan Karau Kuala dan langsung menuju ke Balai Desa sebagai lokasi kegiatan PTSP Luar Gedung. Rombongan sudah ditunggu oleh masyarat yang antusias menyambut kedatangan tim Pengadilan Agama Buntok dan Disdukcapil. Setelah memberikan sambutan dan pengarahan masing-masing oleh Abdulloh Mubarok Al Ahmadi, S.H.I., M.E. (Hakim), Abu Mansur, S.H. dan Tina Rofiqoh, S.H., tim langsung melayani masyarakat. Menjelang pukul 14.00 WIB, semua masyarakat sudah terlayani semua dan rombongan bersiap kembali menuju Buntok.
Perjalanan kembali ke Buntok memakan waktu 2-3 jam menggunakan kapal dan dilanjutkan dengan menggunakan perjalanan darat. Akhirnya pukul 18.30 rombongan tiba kembali di Kota Buntok. Lelah, memang itu wajar dirasakan. Panas, hujan itu biasa dihadapi. Namun dibalik itu semua terdapat kepuasan dan perasaan senang dan bersyukur dapat melayani masyarakat di tengah keterbatasan seperti ini karena bagaimanapun kita bekerja untuk melayani masyarakat sebagaimana kalimat “Melayani Dengan Sepenuh Hati”. Tak hanya sebagai jargon ataupun kalimat yang hanya bisa kita ucapkan, namun harus kita implementasikan dalam kegiatan pelayanan.