Harap Tunggu...

» Pulang Pisau » 1282. Refleksi Hari Ibu: Sosok di Balik Kartini, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Pulang Pisau
1282. Refleksi Hari Ibu: Sosok di Balik Kartini, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Pulang Pisau
  

Refleksi Hari Ibu: Sosok di Balik Kartini,

Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Pulang Pisau  


Pulang Pisau | pa-pulangpisau.go.id

PULANG PISAU – Menjelang peringatan Hari Ibu yang jatuh pada Senin, 22 Desember 2025, atmosfer haru dan penuh syukur menyelimuti batin Kartini, S.H.I, sosok perempuan yang kini menjabat sebagai Panitera Muda Hukum di Pengadilan Agama Pulang Pisau. Bagi Kartini, Hari Ibu bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan pengingat akan perjuangan luar biasa sang ibu kandung yang menjadi pondasi kesuksesannya saat ini. Lahir dan besar dari asuhan seorang ibu yang berstatus orang tua tunggal (single parent), Kartini menyaksikan sendiri bagaimana kerasnya perjuangan sang ibu dalam menantang dunia. Meski sang ibu secara formal tidak mampu menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD), hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya untuk memberikan masa depan terbaik bagi putrinya.

“Ibu adalah wanita tangguh yang tak pernah mengeluh. Walau beliau tidak lulus SD, beliau memiliki visi yang jauh melampaui pendidikannya demi memastikan saya mendapatkan pendidikan setinggi-tinggi mungkin,” kenang Kartini

Keberhasilan Kartini meraih gelar sarjana hukum hingga mencapai posisi strategis di instansi peradilan merupakan buah dari keringat dan doa sang ibu. Keterbatasan ekonomi dan latar belakang pendidikan tidak menjadi penghalang bagi sang ibu untuk mencukupi segala kebutuhan kuliah Kartini hingga tuntas. Kini, setelah Kartini menjadi seorang ASN, sang ibu tidak lantas merasa cukup. Beliau justru terus memotivasi dan mendorong Kartini untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Pascasarjana (S2). Bagi sang ibu, ilmu adalah harta yang tidak akan pernah habis dimakan waktu.

Memaknai Hari Ibu 2025, Kartini menegaskan bahwa segala pencapaian yang ia raih hari ini adalah bentuk pengabdian yang masih jauh dari cukup untuk membalas jasa sang ibu.

“Jasa beliau tak akan pernah dapat dibayar dengan dunia dan seisinya. Beliau adalah napas di balik gelar saya, dan alasan saya untuk terus melangkah lebih jauh,” ungkapnya menutup percakapan.

Kisah Kartini dan ibunya menjadi pengingat bagi kita semua bahwa keberhasilan seorang anak seringkali lahir dari rahim seorang ibu yang rela mengubur mimpinya sendiri demi melihat sang anak terbang lebih tinggi.

 “C.A.T. (Cepat, Aktual, dan Terpercaya), Yewtree/Timred”