Harap Tunggu...

» Kuala Pembuang » SPIRIT PERINGATAN HARI KARTINI TAHUN 2021 “TAFSIR AL-QUR’AN DAN SEMANGAT EMANSIPASI WANITA”
SPIRIT PERINGATAN HARI KARTINI TAHUN 2021 “TAFSIR AL-QUR’AN DAN SEMANGAT EMANSIPASI WANITA”
  

SPIRIT PERINGATAN  HARI KARTINI TAHUN 2021
“TAFSIR AL-QUR’AN DAN SEMANGAT EMANSIPASI WANITA” E:\11. HAKIM PRATAMA PA KUALA PEMBUANG TAHUN 2021\NASKAH BERITA TAHUN 2021\hari Kartini.jpeg

 

Foto: Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini Tahun 2021 PA Kuala Pembuang 

Kuala Pembuang│pa-kualapembuang.go.id

KUALA PEMBUANG – Rabu, 21 April 2021.  Keluarga Besar Pengadilan Agama Kuala Pembuang mengucapkan Selamat Memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap tanggal  21 April 2021. Semoga wanita-wanita di Indonesia tetap konsisten meneladani spirit perjuangan R.A. Kartini dalam mewujudkan emansipasi wanita dan terus belajar meningkatkan kemampuan diri.

Sosok Raden Ajeng Kartini selama ini dikenal dengan buku karangannya yang menginspirasi berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Buku tersebut merupakan kumpulan surat Kartini untuk teman-temannya di Belanda yang yang dibukukan oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht. Buku tersebut terbit pada 1911 tepatnya 7 tahun setelah Kartini wafat. Buku tersebut menyiratkan bagaimana pemikiran Kartini muda berpikir tentang emansipasi. Buku tersebut juga yang akhirnya membuat nama Kartini kental dengan image emansipasi wanita dan budaya liberal. Namun tak banyak yang tahu bahwa ternyata Kartini juga merupakan sosok yang Islami. Ia dikatakan pernah berguru kepada KH Shaleh Darat Semarang dan mengkaji alquran.

Kisah Kartini yang belajar al-quran ini merupakan contoh peleburan budaya lokal Jawa dan Islam pada masanya. Kartini pada masa itu memiliki guru ngaji bernama KH Shaleh Darat Semarang. Pada mulanya, KH Shaleh mengajarkan tafsir Alquran di beberapa kota-kota pesisir utara Jawa, termasuk Demak. Bupati Demak yang menjabat kala itu merupakan paman RA Kartini. Dalam suatu pengajian bulanan, putri kelahiran Jepara ini menjadi peserta. Dia turut bersama dengan para priyayi wanita yang duduk di belakang tirai, menyimak pemaparan tafsir dari sang kiai yang menggunakan bahasa Jawa. Ternyata, penjelasan KH Shaleh Darat tentang tafsir Surah al-Fatihah amat menarik hatinya.

Usai pengajian, Kartini lantas membujuk pamannya agar menemaninya untuk menemui KH Shaleh Darat. Dengan kata-kata yang sopan tetapi tegas, Kartini meminta kepada sang kiai agar bersedia menerjemahkan al-Fatihah ke dalam bahasa Jawa. “Kartini mengusulkan Kyai Shaleh untuk menafsirkan alquran dengan bahasa Jawa. ‘Hati saya tentram Kyai, tolong tafsirkan alquran seluruhnya dalam bahasa Jawa untuk pegangan teman-teman saya putri-putri Jawa. Waktu itu Kartini tidak mengatakan putri indonesia karena zaman itu nama Indonesia belum lahir. Mendapati usul Kartini hati Kyai Shaleh kian gundah, pasalnya ia tahu bahwa al-quran tidak bisa ditafsiri oleh sembarang orang. Menafsirkan al-quran tidak gampang, tidak sembarang orang diperbolehkan menafsiri al-quran. Orang yang diperbolehkan menafsirkan alquran harus dengan sarat.

Penafsir al-quran disebutnya harus punya ilmu bantu tafsir yang lengkap, dari mulai gramatika arab, nahwu shorof, ilmu badi’, ma’ani, bayan, muhasnatil kalam, nasikh mansukh, asbaabul wurudh, asbaabun nuzul dan lain sebagainya baru diperbolehkan menafsirkan al-quran. Namun ucapan Kartini kenali membuat hati KH Shaleh bergetar. Kala itu Kartini mengucap bahwa dirinya punya keyakinan bahwa Kyai Shaleh sudah menguasai ilmunya. Kartini punya usul itu karena saya punya keyakinan semua ilmu sudah Kyai miliki. Akhirnya KH Shaleh menundukan kepala mencucurkan air mata, menangis karena ada anak begini cerdasnya, usul bikin tafsir alquran berbahasa Jawa. Berdasar dari usulan itu, akhirnya KH Shaleh mencoba menafsirkan alquran dengan bahasa Jawa. Dimulailah penafsiran dalam bahasa Jawa. Namun baru selesai 13 juz, langsung dicetak pertama di Singapura dengan judul ‘Faidur Rohman fii Tafsiri Ayatil Quran karya: Kyai Shaleh. Litbang Kementerian Agama menyatakan fafsir tersebut tafsir pertama di Asia Tenggara.

Sejak membaca karya KH Saleh Darat tersebut, pandangan Kartini mulai islami. Dalam arti, dia mulai meninggalkan kecenderungan liberal, yang tidak lain arahan para mentornya dari Belanda. Ucapan Kartini yang terkenal, “Dari gelap terbitlah terang”, merupakan pemahaman Kartini akan ayat ke-257 Surah al-Baqarah, yang artinya “Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya.” Kartini sangat tersentuh akan kalimat dari firman Allah itu. (Redaksi/EAN)