–
HARI IBU BAGI TESAR SATRIA NUGRAHA,S.H.

Bagi setiap orang, Hari Ibu adalah momen istimewa untuk menghargai peran vital ibu dalam keluarga dan masyarakat, mengakui pengorbanan, cinta tanpa syarat, serta kontribusinya membentuk karakter dan masa depan bangsa, sekaligus momentum refleksi perjuangan perempuan dalam kesetaraan gender dan kehidupan sosial, tidak hanya di Indonesia (22 Desember) tetapi juga di berbagai negara dengan tanggal berbeda.
Berbakti pada Ibu itu Setiap Waktu, Bukan Setahun Sekali
Allah Ta’ala berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”
Menurut Tesar Satria Nugraha, Ibu adalah wanita yang melahirkan atau mengasuh anak, figur sentral dalam keluarga yang berperan sebagai pendidik pertama, pengelola rumah tangga, dan sumber kasih sayang serta inspirasi, menanamkan nilai moral, serta memastikan kebutuhan fisik dan emosional anak terpenuhi, sering diibaratkan malaikat tanpa sayap yang kuat dan tak kenal menyerah. Pengertiannya melampaui hubungan biologis, mencakup peran sosial, emosional, dan mendidik, bahkan bisa merujuk pada sapaan untuk wanita bersuami atau sosok pengasuh lainnya, seperti dalam konteks hukum atau sosial.
“C.A.T (Cepat. Aktual. Terpercaya) Str/TimRed”