header pta Baru

Amanat Ketua PA Sampit Pada Apel Jum’at Sore Tanggal 29 November 2019

Written by Mursidi, S.H. on . Posted in Sampit

Written by Mursidi, S.H. on . Hits: 1062Posted in Sampit

Amanat Ketua PA Sampit Pada Apel Jum’at Sore Tanggal 29 November 2019C:UsersCELLCOMAppDataLocalMicrosoftWindowsINetCacheContent.WordIMG-20191129-WA0028.jpg

Sampit |www.pa-sampit.go.id

Pada hari Jumat (29/11/2019) pukul 16.00 WIB bertempat di lobby depan Kantor Pengadilan Agama Sampit sebagaimana biasanya kembali dilaksanakan Apel Jum’at Sore. Adapun bertindak sebagai Pembina pada apel sore ini adalah Ketua Pengadilan Agama Sampit Norhadi, S.H.I. dan Komandan Apel Wahyudi.

Apel Jum’at sore ini diikuti oleh Pejabat Struktural dan Fungsional, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) dan anggota Posbakum Pengadilan Agama Sampit.

Dalam amanatnya kali ini Ketua menyampaikan sebuah cerita hikmah bahwa Pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang Pak tua bersama putranya di sebuah desa. Desa itu sudah lama kekeringan dan menjadi tandus, sehingga banyak dari penduduk desa yang pindah. Kehidupan mereka sangat miskin, hanya sebuah gubuk reot dan seekor keledai lah harta yang mereka miliki. suatu hari, diputuskanlah mereka akan pergi ke pekan raya di kota untuk menjual keledainya.

Seorang perempuan melihat mereka dan tertawa, “Kalian berjalan membawa keledai. mengapa kalian tak menungganginya? Kalian berdua benar-benar bodoh!” “Perempuan itu benar,” kata Pak tua kepada putranya, “Kita berdua sungguh bodoh.” Maka orang tua itu naik ke punggung keledai, dan anaknya berjalan mengikuti di belakangnya.

Tak berapa jauh beranjak, mereka berjumpa seorang perempuan tua. Begitu ia melihat orangtua itu menunggang keledai ia berseru kepadanya, “Hey, ini tidak benar. Kamu menunggang keledai dan membiarkan bocah kecil itu berjalan kaki di belakangmu.” “Benar juga. ada benarnya perkataan perempuan tua itu.” Tukas si Tua dan iapun segera melompat turun dari punggung si keledai lalu membiarkan putranya naik. “Nak, kamu saja yang naik keledainya, biar ayah yang jalan kaki sambil menuntun.”

Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka melihat seorang lelaki sedang bekerja di ladang yang berteriak: “oi oi, kau, anak muda berpikiran pendek anak semuda engkau menunggang keledai dengan enaknya dan membiarkan orang tua ini berjalan kaki.” “Ah, Tepat juga perkataannya,” ujar si kecil yang merasa malu kepada dirinya sendiri, “Aku betul-betul berpikiran pendek.” Segeralah ia melompat turun dari punggung keledai.

Si orangtua dan anaknya itu segera berdiskusi tentang bagaimana caranya membawa keledai mereka ke pekan raya di kota tanpa ada lagi orang yang mengkritik mereka. “Aku punya ide,” kata si Kecil, “kita berdua menunggang keledai itu, dengan demikian tak ada orang yang dapat berkata apapun.” “Ide yang bagus,” ucap ayahnya setuju, “Sungguh ide yang bagus. “Segera mereka berdua menunggangi keledai itu. “Apa! Kalian gila?” dua orang pejalan kaki berseru marah, “Lihat itu, dengan dua orang berada di atas punggungnya, tak lama lagi keledai itu akan mati kecapaian.” ”Masa keledai sekecil itu ditumpangi berdua. Ketika si Tua dan anaknya mendengar seruan itu mereka merasa bersalah. Langsung saja mereka melompat dari atas keledai dan berkata, “Benar juga, kita berdua memang gila.” Kali ini mereka benar-benar kehilangan akal dan tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba si anak berkata, “Aku punya ide! Bagaimana kalau kita yang memanggul keledai itu.” Pak Tua tersenyum mendengar nya dan berkata, “Ide yang bagus.” Si Tua dan si Kecil segera memanggul keledai mereka dengan sebilah bambu dan membawanya ke pekan raya. Dalam perjalanan menuju pekan raya tubuh mereka berdua basah kuyup oleh keringat. Ketika sekelompok anak-anak melihat bagaimana kedua ayah anak membawa keledai itu, mereka semua tertawa terbahak-bahak. “Ha, Ha…., cepat sini lihat ini, dua orang ini tidak menunggangi keledainya, tapi justru keledainya yang menunggangi mereka. Itu benar-benar luar biasa. Ha, ha, ha…

Hikmah yang dapat diambil dr cerita tersebut adalah:
Dalam kehidupan ini, seringkali kita menemui kejadian-kejadian seperti dalam cerita di atas. Terkadang membuat keputusan untuk hidup, kita rasakan tidaklah mudah, apalagi kalau kita hidup di lingkungan yang banyak orang, terkadang justru omongan orang lain malah membingungkan kita dalam mengambil keputusan.

Adakalanya kita tidak selalu harus mendengarkan perkataan orang lain yang selalu mengkritik dan menyalahkan tindakan kita. Jika kita sudah mengambil keputusan yang kita rasa tepat dan terbaik, maka lakukanlah dengan kemantapan hati, karena kita tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Oleh sebab itu, tetaplah fokus kepada tujuan atau pencapaian yang kita inginkan.C:UsersCELLCOMAppDataLocalMicrosoftWindowsINetCacheContent.WordIMG_20191129_181124.jpg

 

Namun bukan berarti kita menutup telinga kita untuk mendengarkan pendapat orang lain, karena kritik dan saran dari orang lain juga dapat membangun kita untuk melakukan tindakan yang lebih baik lagi. Intinya bahwa seorang manusia itu tidak ada yang sempurna dimata orang lain tapi selalu salah ungkap Pak Ketua. (Tim Redaksi PA Sampit)

Hubungi Kami

Kantor Pengadilan Tinggi Agama Palangka Raya

Jl. Cilik Riwut Km. 4.5 (73112) Palangka Raya 73112 Telp (0536) 3222837 Fax (0536) 3231746

Tautan ke Situs Sosial Media