Catatan kecil DARI KUNJUNGAN KPTA KALTENG DI PA KUALA PEMBUANG

Written by Saiful Imran on . Posted in Kuala Pembuang

Written by Saiful Imran on . Hits: 633Posted in Kuala Pembuang

Catatan kecil DARI KUNJUNGAN KPTA KALTENG

DI PA KUALA PEMBUANG

PA.KUALAPEMBUANG. Dalam kunjungan yang begitu singkat di Pengadilan Agama Kuala Pembuang, ada banyak pelajaran yang bisa kami petik dari lawatan silaturahmi KPTA Kalteng tersebut dengan warga Pengadilan Agama Kuala Pembuang dan kesan itu terukir begitu dalam di relung sanubari kami. Ada petuah, nasehat dan ungkapan motivasi lainnya yang terlontar dari lisan yang kaya dengan asam garamnya mejadi pegawai di lingkungan Peradilan Agama, sehingga ungkapan-ungkapan tersebut bak sebuah “amunisi” bagi kami untuk bisa mempersembahkan yang lebih baik lagi bagi institusi ini.

Nampak rona wajah KPTA Kalteng yang begitu ramah penuh senyum

saat lawatannya di PA Kuala Pembuang

Saat menyampaikan arahan dan bimbingannya dihadapan pegawai Pengadilan Agama Kuala Pembuang, mantan Ketua Pengadilan Agama Jayapura ini mengungkapkan “jadilah seperti dua tangan” karena kedua tangan takkan pernah iri, walau tangan kiri memakai cincin, tangan kanan takkan pernah merasa keberatan, buktinya ia terus berbuat dan bekerja keras. Bayangkan andai satu tangan sakit, maka satu tangan lainnya akan mencari obat. Jika tangan kiri digunakan untuk membersihi kotoran, ia takkan pernah mengeluh. Buktinya tangan kirilah yang selalu digunakan untuk cebok. Meski kotor, tangan kanan yang bersih selalu menengoknya. Sampai berjalan pun kedua tangan saling mengalah antara satu dengan yang lainnya. Tangan kanan maju, maka tangan kiri akan mengambil posisi mundur dan begitu juga sebaliknya.

Ramah tamah sekaligus makan malam Ketua dan Sekretaris PTA Kalteng

bersama Waka PA Kuala Pembuang

Begitulah ilustrasi kehidupan dalam sebuah organisasi kita membutuhkan dan melibatkan orang lain, suksesnya kepemimpinan itu karena ada orang lain yang ikut menopang kelebihan dan kekurangan kita. Karena pemimpin sejatinya adalah mereka yang bisa di ajak bekerja sama dan sama-sama mau bekerja. imbuhnya

Saat pertama kali diangkat pada tahun 1985 menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Peradilan Agama dan ditempatkan di Jayapura, KPTA kalteng ini mengungkapkan suka dan dukanya, dengan gaji sebesar Rp. 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) saat itu masih cukup, coba bayangkan dengan penghasilan sebesar itu ia dan keluarga masih bisa hidup di Papua. Dari pengalaman ini kita bisa bercermin, ada banyak orang yang perjalanan kariernya jauh lebih sulit dan berliku dibanding kita. Maka bersyukurlah dengan apa yang kita raih saat ini. (Redaksi/IT)